tawaf-ifadho-baitullah
Salah satu rukun ibadah haji yang tidak boleh di tinggalkan adalah Tawaf Ifadho karena jika rangkaian haji yang satu ini tidak dilakukan maka hajinya belum sempurna/mabrur dan orang tersebut berkewajiban kembali ke baitullah untuk melaksanakan tawaf ifadho ini. Berdasarkan hadist :
بَابُ طَوَافِ الْوَدَاعِ
3070 – حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَنْصَرِفُونَ كُلَّ وَجْهٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يَنْفِرَنَّ أَحَدٌ، حَتَّى يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِ بِالْبَيْتِ»
__________
[حكم الألباني] صحيح
… Ibni Abbas meriwayatkan: Ada para manusia bubar ke segala arah. Nabi bersabda: “Kalian jangan bubar sungguh sehingga ada mengakhiri dari masa hajinya dengan (tawaf) di Baitullah (tawaf ifadho) ”.
[Hadist Sunan Ibni Majah No. 3070 Kitabu Manasik]
Setelah selesai melempar jumrah aqobah kemudian jamaah haji lukar (melepas baju ihram) dan cukur gundul rambut kepala. Saat itu juga semua larangan ihram menjadi halal kecuali menjima’/bersetubuh dengan istri, belum boleh.
Maka para Jamaah haji baru boleh berhubungan badan suami istri setelah melaksanakan Tawaf Ifadho. Tawaf Ifadho bisa dilakukan pada hari tasyriq; 11, 12 dan 13 Dhul-Hijjah atau sesudahnya atau boleh juga langsung dikerjakan setelah lempar jumrah Aqobah pada Yaumu Nahr, tanggal 10 Dhul-Hijjah.
Setelah lukar pada tanggal 10 Dhul-Hijjah ada beberapa kewajiban yang masih harus diselesaikan oleh jamaah haji yaitu.
TAWAF IFADHO di Baitullah,
Melempar Jumrah Ula, Wustho dan Aqobah pada hari Tasyriq; 11, 12 dan 13 Dhul-Hijjah
Mabit / bermalam di Mina pada malam hari Tasyriq
Tawaf Wada’, sebelum pulang ke tanah air.
2001 – حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي ابْنُ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «لَمْ يَرْمُلْ فِي السَّبْعِ الَّذِي أَفَاضَ فِيهِ»
__________
[حكم الألباني] : صحيح
… dari Ibni Abbas, sesungguhnya Nabi s.a.w. tidak berjalan cepat dalam tujuh keliling tawaf ifadho.
[Hadist Sunan Abi Dawud Kitabul Manasik]
3041 – حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَعَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، ح وحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ خَلَّادٍ الْبَاهِلِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، وَوَكِيعٌ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، قَالُوا: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ، عَنِ الْحَسَنِ الْعُرَنِيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: «إِذَا رَمَيْتُمُ الْجَمْرَةَ، فَقَدْ حَلَّ لَكُمْ كُلُّ شَيْءٍ، إِلَّا النِّسَاءَ» فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: يَا ابْنَ عَبَّاسٍ وَالطِّيبُ؟ فَقَالَ: «أَمَّا أَنَا، فَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُضَمِّخُ رَأْسَهُ بِالْمِسْكِ، أَفَطِيبٌ ذَلِكَ، أَمْ لَا»
__________
[حكم الألباني] صحيح
… Ibni Abbas meriwayatkan: Ketiak kalian telah selesai melempar Jumrah (Aqobah) maka sungguh-sungguh halal bagimu segala sesuatu, kecuali menjma’ istri. Maka ditanyakan pada Ibni Abbas: Wahai Ibni Abbas! bagaimana dengan minyak wangi? Ibni Abbas menjawab: Adapun saya sungguh-sungguh melihat Rasulallah s.a.w. membasahi rambutnya dengan minyak wangi, apakah demikian itu wewangian atau bukan?”
[Hadist Sunan Ibnu Majah No. 3041 Kitabu Manasik]